Anjrit!! Ini cerita belom kelar yak.. padahal bocahnya aja udah setaon umurnya. Tapi otapi,, momen - momen kelahiran Harfi ini, buat saya pribadi, bener - bener pake perjuangan air mata dan keringat juga uang pastinya.
Selasa, 30 Oktober 2012
Mamih datang pagi - pagi ke rumah sakit untuk nengokin saya sama cucunya yang baru berojol. Pas sampe, kebetulan Harfi lagi saya susuin. Biasa yee,, mamak saya inikan orangnya resik pisan, dese langsung inspeksi ke kamar mandi untuk bersih - bersih kalo saya sembarangan buang/taro barang - barang berharga (re : pembalut bersalin dsb). Ga lama, Harfi pun diminta suster untuk dikembalikan ke ruang bayi untuk dibersihkan.
Setengah jam kemudian, salah satu suster datang dan ngabarin kalo ada permasalahan dengan pernafasan Harfi dan sekarang Harfi sedang dihangatkan di inkubator untuk menormalkan kembali pernafasannya.
Sejam kemudian, dokter yang bertugas di KBBL (kamar bayi baru lahir) datang ke kamar saya dan melaporkan hasil analisanya terhadap Harfi, yaitu frekuensi pernafasan Harfi berada diatas normal, sekitar 70x/menit. Sedangkan normalnya bayi baru lahir itu bernafas sekitar 40 kali dalam 1 menit. Pak dokter ini pun masi mengusahakan agar Harfi dihangatkan di inkubator hingga 1 jam kedepan dan jika belum ada perkembangan, maka dia memutuskan agar Harfi dipindahkan ke ruang Perina. Saya pun hanya mangut - mangut bingung dan bbm suami untuk laporan.
Akhirnya sekitar jam 11an, Harfi pun dirujuk ke ruang Perina untuk dapat perawatan khusus karena pernafasannya yang bermasalah. Hasil analisa terakhir, frekuensinya sempat menurun di angka 60x/menit tapi kemudian meningkat lagi menjadi 64-65x/menit.
Sehabis magrib, suster di ruangan tempat Harfi dirawat, menelpon saya karena dsa yang menangani Harfi ingin melaporkan perkembangannya. Beliau bilang, bahwa Harfi mengalami infeksi pernafasan atau yang dikenal dengan Sepsis. Jujur aja, sampai detik ini pun informasi yang saya terima mengenai sepsis ini masi beragam penyebabnya. Namun dalam kasus Harfi, diduga dia keracunan cairan ketuban yang menempel di dinding rahim dan tertelan oleh Harfi disaat proses kelahirannya ketika dia melewati dinding rahim tsb. Dsa pun memperkirakan Harfi akan dirawat sekitar 10 hari dan mulai malam ini, dia pun dipindahkan ke ruang NICU.
Saya menangis.. hancur rasanya hati saya.. badan berasa lemas.. dan bingung.. Saya udah ga peduli dengan pandangan para suster yang lihat saya kembali ke kamar dengan mata sembab.
Menjelang masuk kamar, kedua mertua saya lagi nungguin saya di depan KBBL yang kebetulan letaknya sederet denagn kamar saya. Mereka pun nanya tentang saya dan Harfi. Jawaban saya.. hanya bisa nangis... Mereka berdua pun bingung karena saya udah ga bisa ngomong, cuma sesenggukan dan minta penjelasan dari suster yang kebetulan masuk ke ruangan saya. Ayah mertua saya keluar dari kamar karena ga tahan liat saya yang belum bisa tenang. Ternyata, dia sengaja nungguin suami saya yang baru datang dari kantor untuk engga menanyakan kabar Harfi ke saya. Keduanya pun langsung ke ruang Perina untuk minta informasi yang lebih jelas tentang kondisi Harfi.
Setelah anterin mertua ke parkiran mobil, suami saya langsung nawarin jajanan ini itu supaya kita ga bahas yang sedih - sedih tentang Harfi. Saya tau kalo suami saya berusaha hibur saya.. tapi ajakan dia jadi berasa hambar karena ga lama,, saya pun nangis lagi.. -___-
Rabu, 31 Oktober 2012
Pagi - pagi jam 6an, Monsieur Q sengaja ninggalin saya yang masi pules, ke lantai 4 ruang Perina untuk lihat kondisi Harfi. Balik dari sana, doi ga banyak ngomong, banyak diem danlagi - lagi ngalihin perhatian saya ke makanan. Saya, yang saat itu sedang dalam kondisi selabil - labilnya, sensi beraaat!! Langsung desek suami untuk ngomong soal kondisi terakhir Harfi. Hasilnya.. Very Bad!!! Harfi sedang dalam masa krisis, terhitung sejak semalam - dan saat ini, statusnya berada di ruang NICU II.
Oh may.. apalagi ini.. saya ga tahan untuk nangis lagi... Rasanya saat itu, saya menyesali kenapa Harfi harus lahir kemarin, ga hari ini aja? kalau waktu bisa diputer lagi, saya ga mau buru - buru lahirin Harfi. Pengennya jaga dia baik - baik di dalem perut saya. Saya down.. Ini kedua kalinya saya merasa hancur setelah meninggalnya papah taun 2004 lalu... Saya rela deh, diapa - apain juga, asalkan Harfi sembuh dan segala kabel yang menempel di tubuh mungilnya, bisa terlepas. Berharap kabel - kabel itu lebih baik nempel di tubuh saya, bukan tubuhnya yang baru berusia 2 hari...
Kondisi saya yang ga menentu ini, bikin suami jadi khawatir. Alhasil, suami melarang keras saya untuk berkunjung ke ruang Perina. Saya mah iya iya aja, biar suami ga kepanjangan nasehatin dan segera ngantor. Tapi tetep dunk saya harus ke Perina karena saya akan mompa asi untuk diberikan ke Harfi via C-pap (ato C-pep yaak?), selang yang dihubungkan ke kerongkongan Harfi.
Masuk di ruang Perina NICU II, saya berusaha tenang ga pake mewek.. Untungnya ada pak dsa yang nyamperin saya dan memberikan keterangan perkembangan Harfi, jadi kesedihan saya pun teralihkan.
Pumping pertama saya, hasilnya 40 ml. Itu merupakan hasil kerjasama medela lactina pinjeman dari rs beserta puting kiri. Puting kanan piyee?? Berhubung saya masi dalam kondisi labil, sensi berat dan abis nangis berkepanjangan, maka berpengaruhlah ke produksi asi yang jauuh lebih seret dari hari pertama dan kedua pasca Harfi lahir. Booookkk... padahal pake medela lactina yaakk.. ternyata alat semihil itupun belum mampu ngalahin ke-stres-an saya.
Kebetulan saat itu adalah hari terakhir saya di rumah sakit. Sebenarnya, ketika obgyn saya ngecek saya di hari Selasa malam, pasca saya nangis gila - gilaan depan mertua, saya ga tahan untuk ga cerita sama obgyn saya tentang keadaan Harfi. Lebih tepatnya sih curhat yaa.. Bu obgyn pun menyarankan saya untuk pulang hari rabu tanpa harus nungguin visit dari dia karena dinilainya, saya lebih baik pulang dulu dan menenangkan diri di rumah sembari memompa asi supaya bisa dikirim ke Harfi.
Setelah misi memompa asi selesai dan nengok - nengok Harfi, yang saat itu belum bisa dikeluarkan dari inkubator, saya pamit sama suster sambil ngelap - ngelap mata yang basah.. Hamdalah, para suster pun juga baik - baiiik banget dan kasih support untuk ga stres dan ingetin saya untuk rutin mompa asi.
Sore sekitar jam empat, saya pulang dijemput mamih dan abang angkat saya, beserta temen - temen kantor yang dateng untuk ngehibur. Jangan tanya deh, sedihnya kaya apa.. Sampe di dalem mobil pun, mata saya ga lepas dari lantai empat, tempat Harfi dirawat.
Selasa, 30 Oktober 2012
Mamih datang pagi - pagi ke rumah sakit untuk nengokin saya sama cucunya yang baru berojol. Pas sampe, kebetulan Harfi lagi saya susuin. Biasa yee,, mamak saya inikan orangnya resik pisan, dese langsung inspeksi ke kamar mandi untuk bersih - bersih kalo saya sembarangan buang/taro barang - barang berharga (re : pembalut bersalin dsb). Ga lama, Harfi pun diminta suster untuk dikembalikan ke ruang bayi untuk dibersihkan.
Setengah jam kemudian, salah satu suster datang dan ngabarin kalo ada permasalahan dengan pernafasan Harfi dan sekarang Harfi sedang dihangatkan di inkubator untuk menormalkan kembali pernafasannya.
Sejam kemudian, dokter yang bertugas di KBBL (kamar bayi baru lahir) datang ke kamar saya dan melaporkan hasil analisanya terhadap Harfi, yaitu frekuensi pernafasan Harfi berada diatas normal, sekitar 70x/menit. Sedangkan normalnya bayi baru lahir itu bernafas sekitar 40 kali dalam 1 menit. Pak dokter ini pun masi mengusahakan agar Harfi dihangatkan di inkubator hingga 1 jam kedepan dan jika belum ada perkembangan, maka dia memutuskan agar Harfi dipindahkan ke ruang Perina. Saya pun hanya mangut - mangut bingung dan bbm suami untuk laporan.
Akhirnya sekitar jam 11an, Harfi pun dirujuk ke ruang Perina untuk dapat perawatan khusus karena pernafasannya yang bermasalah. Hasil analisa terakhir, frekuensinya sempat menurun di angka 60x/menit tapi kemudian meningkat lagi menjadi 64-65x/menit.
Kondisi Harfi pasca dipindah ke ruang Perina |
Sehabis magrib, suster di ruangan tempat Harfi dirawat, menelpon saya karena dsa yang menangani Harfi ingin melaporkan perkembangannya. Beliau bilang, bahwa Harfi mengalami infeksi pernafasan atau yang dikenal dengan Sepsis. Jujur aja, sampai detik ini pun informasi yang saya terima mengenai sepsis ini masi beragam penyebabnya. Namun dalam kasus Harfi, diduga dia keracunan cairan ketuban yang menempel di dinding rahim dan tertelan oleh Harfi disaat proses kelahirannya ketika dia melewati dinding rahim tsb. Dsa pun memperkirakan Harfi akan dirawat sekitar 10 hari dan mulai malam ini, dia pun dipindahkan ke ruang NICU.
Saya menangis.. hancur rasanya hati saya.. badan berasa lemas.. dan bingung.. Saya udah ga peduli dengan pandangan para suster yang lihat saya kembali ke kamar dengan mata sembab.
Menjelang masuk kamar, kedua mertua saya lagi nungguin saya di depan KBBL yang kebetulan letaknya sederet denagn kamar saya. Mereka pun nanya tentang saya dan Harfi. Jawaban saya.. hanya bisa nangis... Mereka berdua pun bingung karena saya udah ga bisa ngomong, cuma sesenggukan dan minta penjelasan dari suster yang kebetulan masuk ke ruangan saya. Ayah mertua saya keluar dari kamar karena ga tahan liat saya yang belum bisa tenang. Ternyata, dia sengaja nungguin suami saya yang baru datang dari kantor untuk engga menanyakan kabar Harfi ke saya. Keduanya pun langsung ke ruang Perina untuk minta informasi yang lebih jelas tentang kondisi Harfi.
Setelah anterin mertua ke parkiran mobil, suami saya langsung nawarin jajanan ini itu supaya kita ga bahas yang sedih - sedih tentang Harfi. Saya tau kalo suami saya berusaha hibur saya.. tapi ajakan dia jadi berasa hambar karena ga lama,, saya pun nangis lagi.. -___-
Rabu, 31 Oktober 2012
Pagi - pagi jam 6an, Monsieur Q sengaja ninggalin saya yang masi pules, ke lantai 4 ruang Perina untuk lihat kondisi Harfi. Balik dari sana, doi ga banyak ngomong, banyak diem dan
nangis.. nangis.. nangis.. |
Kondisi saya yang ga menentu ini, bikin suami jadi khawatir. Alhasil, suami melarang keras saya untuk berkunjung ke ruang Perina. Saya mah iya iya aja, biar suami ga kepanjangan nasehatin dan segera ngantor. Tapi tetep dunk saya harus ke Perina karena saya akan mompa asi untuk diberikan ke Harfi via C-pap (ato C-pep yaak?), selang yang dihubungkan ke kerongkongan Harfi.
Masuk di ruang Perina NICU II, saya berusaha tenang ga pake mewek.. Untungnya ada pak dsa yang nyamperin saya dan memberikan keterangan perkembangan Harfi, jadi kesedihan saya pun teralihkan.
Pumping pertama saya, hasilnya 40 ml. Itu merupakan hasil kerjasama medela lactina pinjeman dari rs beserta puting kiri. Puting kanan piyee?? Berhubung saya masi dalam kondisi labil, sensi berat dan abis nangis berkepanjangan, maka berpengaruhlah ke produksi asi yang jauuh lebih seret dari hari pertama dan kedua pasca Harfi lahir. Booookkk... padahal pake medela lactina yaakk.. ternyata alat semihil itupun belum mampu ngalahin ke-stres-an saya.
Kebetulan saat itu adalah hari terakhir saya di rumah sakit. Sebenarnya, ketika obgyn saya ngecek saya di hari Selasa malam, pasca saya nangis gila - gilaan depan mertua, saya ga tahan untuk ga cerita sama obgyn saya tentang keadaan Harfi. Lebih tepatnya sih curhat yaa.. Bu obgyn pun menyarankan saya untuk pulang hari rabu tanpa harus nungguin visit dari dia karena dinilainya, saya lebih baik pulang dulu dan menenangkan diri di rumah sembari memompa asi supaya bisa dikirim ke Harfi.
Setelah misi memompa asi selesai dan nengok - nengok Harfi, yang saat itu belum bisa dikeluarkan dari inkubator, saya pamit sama suster sambil ngelap - ngelap mata yang basah.. Hamdalah, para suster pun juga baik - baiiik banget dan kasih support untuk ga stres dan ingetin saya untuk rutin mompa asi.
Sore sekitar jam empat, saya pulang dijemput mamih dan abang angkat saya, beserta temen - temen kantor yang dateng untuk ngehibur. Jangan tanya deh, sedihnya kaya apa.. Sampe di dalem mobil pun, mata saya ga lepas dari lantai empat, tempat Harfi dirawat.
No comments:
Post a Comment